AU PAIR, Backpacking Keliling Eropa Dengan Menjadi Baby Sitter
Judul: AU PAIR, Backpacking Keliling Eropa Dengan Menjadi Baby Sitter
Penulis: Icha
Ayu
Penerbit:
Stiletto
Tahun: 2012
Tebal: 232
halaman
ISBN:
978-602-7572-09-6
Travelling,
siapa yang tak suka melakukannya. Bagi sebagian orang, travelling merupakan
kegiatan yang seru dan menyenangkan. Dengan travelling, kita bisa melihat
bagian dunia lain yang belum pernah kita temui dan belajar darinya, sehingga
mendapatkan pengalaman yang berharga.
Eropa merupakan
salah satu belahan dunia yang sering jadi tujuan travelling karena negaranya
yang indah, banyak peninggalan sejarah, pendidikannya, serta alasan lainnya. Eropa
juga merupakan Negara dengan biaya hidup yang mahal, terutama bagi Negara berkembang
seperti Indonesia. Namun Icha Ayu, mahasiswa sastra Prancis Unpad ini mampu
travelling keliling Eropa dengan biaya terbatas dengan cara menjadi Au pair. Catatan
perjalanannya selama menjadi Au Pair dan travelling keliling Eropa
diterbitkannya dalam sebuah buku berjudul “AU PAIR, Backpacking Keliling Eropa
Dengan Menjadi Baby Sitter.”
Buku ini terdiri
dari lima bagian. Bagian pertama berjudul "Au Pair, Sebuah perkenalan”, merupakan
informasi tentang program Au Pair. Au Pair adalah program yang memungkinkan
semua orang dengan batasan usia tertentu, dapat mempelajari bahasa dan budaya Negara
yang dia inginkan dengan bekerja sebagai baby sitter (pengasuh anak) di rumah
host family (keluarga penerima). Jangka waktunya biasanya 6 hingga 18 bulan.
Semua informasi
terkait Au pair ada di bab ini, seperti hak dan kewajiban Au pair, jam kerja,
batasan umur, cara mendapatkan host family, hari libur untuk Au pair, fasilitas
yang akan didapatkan sebagai Au Pair, Cukupkah gaji Au Pair untuk jalan-jalan,
pembuatan paspor dan visa, dokumen apa saja yang harus dibawa, persiapan
sebelum dan sesudah sampai di Eropa, dan lain sebagainya.
Icha juga berbagi
pengalamannya saat bersiap menjadi Au Pair. Ternyata menjadi Au Pair itu tidak
mudah. Bayangan akan travelling di Negara-negara Eropa yang indah tidak seindah
kenyataanya, karena Icha mendapat host family yang jauh dari pusat kota Paris.
Icha juga harus berhemat agar bisa travelling dan membeli tiket pulang ke
Indonesia.
“Ada begitu banyak hal yang seharusnya sudah saya pertimbangkan dengan matang sebelum memutuskan untuk pergi dan tinggal di keluarga yang begitu asing. Pergi ke Eropa tidak hanya penuh dengan sukacita, tapi juga butuh usaha keras untuk bisa mengerti bahwa saya hidup di belahan dunia yang jauh berbeda dengan tempat saya dibesarkan. Ya, menjadi Au Pair ternyata tidak hanya diisi dengan hal-hal menyenangkan saja, seperti halnya traveling dan berkenalan dengan orang-orang baru. Karena banyak hal pahit yang saya alami di sana. Namun saya berkeyakinan, Au pair hanyalah satu langkah awal yang membuat saya semakin dekat dengan impian. Karena berada di tempat ini, sebagai Au Pair, adalah awal dari kerja keras untuk meraih impian yang lain.” (halaman 25)
Bagian kedua
dari buku ini berjudul “One In a Life Time’s Experience, merupakan pengalaman
Icha saat menjadi Au pair di sebuah host family di Kota Annecy. Keluarga tersebut
terdiri dari 3 orang: Abdul sang ayah yang seorang pilot, Carla sang istri
sebagai manajer para pelukis, dan Sarah, gadis kecil yang harus Icha asuh. Icha
harus menghadapi berbagai kekacauan yang terjadi di rumah itu dimana Abdul dan
Carla mengalami proses perceraian. Icha juga harus menghadapi budaya yang
sangat berbeda, seperti Abdul yang memilih tidak beragama atau pendidikan
seksual yang sudah diajarkan secara terang-terangan lewat buku anak usia 7-8
tahun.
Tidak hanya itu,
Icha juga bercerita tentang momen Ramadhan dan Idul Fitri yang ia lewatkan di
Annecy juga beberapa kota yang ia datangi saat akhir pekan, yaitu Kota kecil
bersejarh Canberry, Kota Lyon yang terkenal karena kenikmatan kulinernya, Kota
Bourg Saint Maurice untuk menemui dosen sastra prancisnya di Unpad, Kota
Montpelier untuk menghadiri pernikahan ala Prancis seorang teman,dan lain-lain.
Icha mulai mendapat banyak teman baru sesama Au Pair dari berbagai Negara dan
teman-teman baru dari Komunitas CouchSurfing.
Pada bagian ketiga
berjudul “Travelling with Au pair’s Budget”, banyak tips yang Icha berikan agar
bisa travelling dengan budget terbatas. Diantaranya adalah dengan memanfaatkan
jaringan silaturahmi atau komunitas yang bertujuan memberikan penginapan kepada
wisatawan, biasanya di rumah penduduk lokal. Konsep jaringan pertukaran tempat untuk
menginap sudah ada sejak tahun 1949. Kini, web jejaring social jaringan
silaturahmi terbesar adalah Couchsurfing dan Hospitality Club.
Untuk transportasi
keliling Eropa, bisa menggunakan kereta api dengan tiket Eurail dan interrail,
pesawat low cost company, atau dengan cara hitch hiking (menumpang). Untuk mewujudkan
impiannya keliling Eropa, Icha pun meminta jatah libur 9 hari untuk travelling
dengan resiko tidak digaji selama seminggu. Travelling Icha kali itu menempuh
banyak kota di Eropa, mulai dari Annecy, Antibes, Nice, Monaco, Cannes,
Aubagne, Gemenos, Aix en Provence, Marseille, dan Grenoble.
“Sembilan hari berlangsung dengan penuh tawa, cerita, serta kerja keras yang menguras tenaga. Namun demikian, kita sama sekali tidak merasa sedih karena sesulit apapun masalah yang kami lalui, kami tetap penuh semanat ketika membayangkan kota dan pemandangan baru yang akan kami lihat anntinya.” (halaman 140).
Bagian keempat
berjudul “Adventure Begins”, merupakan pengalaman Icha melakukan travelling
selama musim panas dengan budget terbatas sebelum ia mendapat host family baru.
Jalur perjalanan yang akan ditempuh Icha mulai dari Kota Lyon, Paris, Ghent,
Oolen, Antwerp, Cologne, Giessen, Bologna, Verona, Milano, Turino, dan Chamberry.
Untuk menambah biaya hidup selama travelling, Icha pun mengikuti program
Wwoofing yaitu menjadi relawan di beberapa organisasi dengan imbalan tempat
tinggal dan makanan.
Bagian terakhir
berjudul “Kalau Kita Mulai Lagi”, merupakan pengalaman Icha menjadi Au pair di
keluarga baru. Keluarga tersebut terlihat sempurna karena kedua orangtua sering
menghabiskan waktu dengan anak dengan cara mengambil cuti kerja setengah hari
untuk mengantar anak sekolah. Tapi, Icha tidak terlalu berharap dan is sudah
pasrah dan akan menerima keluarga apapun asalkan bisa menabung untuk kembali
pulang ke Indonesia.
“Tapi, mungkinkah keluarga sempurna itu ada? Mungkinkah keluarga yang berdasarkan akan cinta dan tetap berusaha emmpertahankan cinta tersebut hingga akhir hidup benar-benar bisa tercipta? Keluarga ini tampak memiliki gambaran tentang keluarga sempurna di mata saya. Namun, akankah waktu mengubah itu semua seperti halnya waktu mengubah keluarga saya dan keluarga Sarah dulu. Masih adakah cliché yang bernama cinta dan ikatan suci pernikahan?” (halaman 215).
Menurut saya,
buku ini bermanfaat banget terutama untuk mereka yang akan mengikuti program
yang sama, karena penuh dengan informasi terkait pekerjaan Au pair dan kegiatan
travelling di Eropa. Berbagai tips dan pengalaman Icha selama di Eropa bisa
menjadi pertimbangan sebelum seseorang memutuskan mengikuti kegiatan yang sama. Dari judulnya saja, sudah menggelitik saya untuk segera emmbaca buku ini.
Pada bagian
akhir buku terdapat foto dokumentasi saat Icha berada di Eropa. Sayangnya, foto
tersebut berwarna hitam putih. Padahal, jika disajikan dalam foto berwarna akan
lebih menarik untuk dinikmati. Oh ya, selain itu di bagian belakang buku juga
ada profil penulis dan buku-buku yang pernah diterbitkannya.
Saya cukup
menikmati buku ini karena saya memang senang membaca kisah perjalanan yang bisa
menggugah semangat hidup. Icha adalah gambaran anak muda yang berani, semangat,
berjiwa petualang, risk taker. Kisah cintanya dalam buku ini juga tidak
terduga!
Oh ya, buku ini
bisa didapatkan melalui penerbit Stiletto di email stilettobook@gmail.com ataupun blognya
www.stilettobook.blogspot.com.
Sementara itu, penulisnya bisa dihubungi emlalui email ichayuz@gmail.com atau blog www.icha-ayu.blogspt.com.
temen saya kuliah di Jerman, tinggal di host family dan jadi babysitter untuk biaya hidup. Rame banget kayaknya kalo sambil travelling ^^
ReplyDeleteWah pengalaman yg menyenangkan ya
Deleteaih ga kenayang jadi baby sitte di negeri orang ..
ReplyDeletePengalamanya pasti banyak banget itu,
PAsti menyenangkan banget walau harus melewati berbagai ritangan :(
Mungkin sama dg pekerjaan lainnya ada suka dukanya , yg jelas jd pengalaman berharga
DeletePas banget kemarin disuruh temen nyari soal Au Pair. Makasi kak!
ReplyDeleteMakasi ya untuk reviewnya :)
ReplyDeletepengelamannya kayaknya wah banget ya
ReplyDeletePengen juga merasakan pengalaman traveling di eropa. Tapi aku blm berani backpacker mba. Ah, kayaknya wajib baca buku ini
ReplyDelete