Review Buku Iyan Bukan Anak Tengah
Judul: Iyan Bukan Anak Tengah
Penulis: Armaraher
Penerbit: Skuad
Tahun: 2023
Tebal: 292 halaman
ISBN: 978-633-09-1845-2
Riyan atau biasa dipanggil Iyan adalah anak tengah dari Cakra dan Wena. Riyan
selalu berharap berada di tengah keluarganya yang hangat, dianggap ada
sekaligus disayangi seperti abang dan adiknya. Bukan semata-mata kehadirannya
ada hanya karena dibutuhkan saja.
Iyan merasa Cakra dan Wena tidak adil, lebih memerhatikan abangnya yang berprestasi
dan adiknya yang masih kecil. Iyan merasa bebannya berat, karena harus membantu
Cakra dan Wena menjaga adiknya yang bernama Uan. Padahal ia juga hanya seorang
anak yang ingin disayang oleh orangtua dan kakaknya dan tidak melulu disalahkan
atas hal yang tidak sengaja dilakukannya. Di usianya yang baru menginjak
remaja, seharusnya Riyan bisa menghabiskan waktu untuk menemukan hal baru di
hidupnya, bukan merasakan beban dan luka yang membuatnya berhenti di titik itu
dan tidak membiarkannya tumbuh menjadi remaja normal seusianya.
Namun ternyata, bukan Iyan saja yang
merasakan luka dalam hati. Danan pun merasakan hal yang sama. Sebagai anak
pertama, ia dituntut untuk membantu mengurus adik-adiknya, dan kuliah di tempat
yang dipilihkan orangtuanya. Padahal Danan punya pilihan sendiri untuk menempuh
pendidikan yang diinginkannya.
Suatu hari, karena Iyan sudah tidak tahan dengan luka hatinya, ia pergi
menginap ke rumah sepupunya yang bernama Yarsa. Danan juga menghindari Wena
saat ibunya itu meminta tolong menjaga Uan, dan memilih pergi keluar rumah
dengan alasan pergi ke kampus.
Setelah itu, sesuatu yang besar terjadi di rumah itu dan merubah banyak
hal. Salah satunya membuat Wena dan Cakra sebagai orangtua menyesal dan belajar
kembali menjadi orangtua yang baik untuk anak-anaknya.
***
Ketika membaca judul buku Iyan Bukan Anak Tengah, saya sudah bisa menebak
kalau buku ini bercerita tentang keluarga. Cerita tentang keluarga akan selalu
relate dengan kehidupan semua orang, karena setiap orang umumnya memiliki
keluarga. Diceritakan dari sudut pandang orang ketiga, buku ini mengalir dengan
bahasa yang ringan sehingga cocok dibaca oleh semua kalangan bahkan remaja.
Buku ini adalah sebuah bahan refleksi untuk orangtua. Sejauhmana ia sudah berlaku
adil pada semua anak, apakah sudah mengkomunikasikan dengan baik setiap masalah
dengan anak, apakah sudah mendengarkan dengan baik apa yang ingin dikatakan
anak. Jangan-jangan, tanpa sadar anak merasa kecewa pada orangtua namun menyimpannya
saja dalam hati seperti Iyan dan Danan.
“Lagian gue cuma anak, anak nggak boleh ngerasain kecewa sama orangtua sendiri. Soalnya yang boleh kecewa cuma orangtua ke anak” (halaman 7).
Menjadi orangtua memang tidak mudah. Mereka harus mencari nafkah sekaligus
membesarkan anak. Mereka tentu ingin yang terbaik untuk anak, misalnya dengan mendukung
pendidikan di jurusan tertentu untuk anaknya. Namun anak juga adalah pribadi
istimewa yang pasti memiliki pemikiran sendiri ketika beranjak dewasa. Disinilah
seharusnya orangtua dan anak bisa berkomunikasi dengan baik dan terbuka untuk mencari
jalan tengah agar tidak ada yang merasa saling terpaksa.
Anak pertama selalu diberi beban dan tanggung jawab yang berat, tetapi menjadi anak pertama bukan berarti tidak bisa memilih jalan hidupnya sendiri karena sebuah tuntutan keluarga, bukan? (halaman132).
Anak adalah titipan dari Tuhan, Allah SWT, yang seharusnya dibesarkan dengan baik, dipenuhi haknya untuk disayang dan didengar. Namun orangtua juga bukan malaikat yang selalu sempurna. Ketika orangtua bersalah, maafkan dan doakanlah. Begitu juga sebaliknya, ketika anak salah jangan berhenti untuk menasihatinya, memaafkannya, dan mendoakannya.
Comments
Post a Comment