Giveaway Buku Anak “Menggapai Mentari”



Judul: Menggapai Mentari
Penulis: Murid-murid Mentari Intercultural School, Jakarta
Penerbit: Funtastic M&C Gramedia
Tahun: 2017
Tebal: 167 halaman
ISBN: 9786024286552

Betapa gembiranya Mei Lin, karena ia mendapat hadiah paskah dari gereja berupa alat tulis. Ia ingin memberikan sebagian hadiah itu kepada Siti, sahabatnya. Tapi, ternyata Siti tidak terlihat ada di sekolah saat Mei Lin mencarinya. Siti sedang sakit. Saat Mei Lin menjenguknya, ia melihat Siti diobati dengan obat seadanya saja karena ibunya Siti tidak mampu menebus resep dari dokter.

Mei Lin berpikir keras untuk membantu sahabatnya. Saat pulang dari rumah Siti, ia melewati sebuah salon dan langsung terpikir sesuatu. Mei Lin mendatangi salon tersebut untuk menjual sebagian rambut panjangnya. Uang tersebut nantinya akan dibelikan obat untuk Siti. Saat pulang ke rumah, mama sempat marah pada Mei Lin. Namun akhirnya mama mengerti apa yang dilakukan Mei Lin itu untuk menolong sahabatnya.

Sementara itu, di sebuah desa bernama Desa Tanga, akan diadakan pemilihan kepala desa menggantikan kepala desa lama yang sudah berusia lanjut. Calon kepala desa yang ada adalah Pak Toni yang terkenal akan kekayaan dan keramahannya, dan Pak Rudy yang tidak begitu dikenal warga tetapi menjanjikan untuk membuat saluran air dan berbagai pelatihan untuk warga desa. Hal ini membuat warga desa bingung untuk memilih siapa.

Setelah dilakukan penghitungan suara, Pak Rudy terpilih menjadi kepala desa. Pak Rudy kemudian mengajak Pak Toni bersama membangun Desa Tanga dengan menjadikannya wakil kepala desa. Mereka berdua berusaha menunaikan janji mereka dengan baik untuk membangun desa. Pak Toni dan Pak Rudy tak lupa membicarakan program-program yang akan mereka laksanakan dengan warga desa.

Buku Anak “Menggapai Mentari”

Lain cerita dengan Roy, seorang anak yang tinggal di Indonesia namun tidak mau mengenal negaranya sendiri. Dia lebih suka berbahasa Inggris karena menurutnya keren. Dia tidak suka mendengar lagu-lagu dari penyanyi lokal. Sejak kecil, Roy memang terbiasa bergaul dengan teman-teman dari berbagai Negara. Dan ia malah bermimpi tinggal di Negara lain.

Roy senang sekali saat mimpinya terkabul, karena papa harus pindah kerja ke Perancis. Namun, suatu hari guru di sekolah barunya memberikan tugas untuk membuat laporan yang berhubungan dengan budaya Negara Indonesia. Roy terpaksa mencari informasi di internet tentang budaya negaranya. Dia memilih untuk menulis laporan mengenai kesenian di Indonesia karena Roy sangat suka menggambar. Sejak itu, gambar-gambar Roy menunjukkan kekhasan Indonesia. Dia mulai belajar melukis corak seperti batik dan songket, bahkan memenangi lomba dan kelak menjadi pelukis.

***

Cerita-cerita di atas merupakan 3 dari 18 cerita pendek yang ada dalam buku kumpulan cerita pendek berjudul Menggapa Mentari. Berikut ini adalah beberapa catatan menarik tentang buku ini.

  1. Tema keberagaman di Indonesia
Ya, semua cerita pendek dalam buku ini memiliki satu benang merah, yaitu tentang keberagaman suku, bahasa, budaya dan lain-lain di Indonesia serta harapan agar keberagaman tersebut tidak sampai memecah belah persatuan Indonesia. 

Cerita pendek berjudul “Sahabatku Siti” tentang Mei Lin dan Siti menggambarkan perbedaan suku bangsa dan agama tokohnya, namun mereka bisa saling tolong menolong dan menjadi sahabat baik. Cerida pendek tentang Pak Rudi dan Pak Toni berjudul “Memilih Kepala Desa”, menggambarkan perbedaan dalam berpendapat dan persatuan saat membangun desa. Sedangkan cerita pendek tentang Roy yang awalnya tidak menyukai budaya Indonesia, berjudul “Karena Tugas Sekolah”. Cerita pendek tersebut menggambarkan keberagaman dan kekayaan budaya bangsa Indonesia.

  1. Ditulis oleh anak-anak Indonesia
Semua cerita pendek dalam buku ini ditulis oleh murid-murid Mentari Intercultural School, Jakarta. Gaya bercerita mereka yang sederhana khas anak-anak menggambarkan perbedaan dalam pandangan mereka. Sungguh mengharukan melihat bagaimana cara anak seusia mereka memahami pentingnya persatuan, persahabatan, tolong menolong, dan toleransi, walaupun berbeda.

Buku Anak “Menggapai Mentari”


  1. Disertasi ilustrasi penuh warna khas anak
Cerita-cerita pendek dalam buku ini disertai ilustrasi lukisan hasil karya murid-murid Mentari Intercultural School, Jakarta, bertema keberagaman yang penuh warna. Menyegarkan. Membaca cerita-cerita dalam buku ini tidak akan bosan karena disertai gambar yang menarik sesuai cerita. Begitu pula dengan covernya disertai ilustrasi penuh warna khas anak yang akan menarik perhatian mereka untuk membaca buku ini.

Saya ingin sedikit bercerita tentang tema keberagaman ini. Anak saya yang sekolah di lingkungan homogen, suatu hari menyatakan pendapat tentang suku dan agama lain. Saya pun memberikan ia pandangan bahwa di luar lingkungan kita banyak yang budaya, agama dan sukunya berbeda serta kita harus menghargai mereka. Buku ini mengingatkan saya tentang obrolan saya dengan anak dan buku ini bisa menjadi bahan diskusi yang menarik antara orangtua dan anak.

Nah, sekarang waktunya bagi-bagi buku “Menggapai Mentari” gratis untuk pembaca blog ini. Gratis? Iyaaa, gratis. Buku ini bisa jadi hadiah untuk anak atau keponakan, atau untuk dibaca sendiri karena bagus untuk segala usia. Tapi ada syaratnya ya. Berikut ini adalah ketentuan yang harus dilakukan jika ingin mendapat buku ini secara gratis. Ada dua buah buku “Menggapai Mentari” untuk pembaca yang beruntung.

  1. Wajib Follow instagram penerbit Funtastic M & C dan like Facebook Funtastic M & C.
 
  1. Mau follow dan like media sosial pemilik blog ini juga boleh, tapi gak harus yaa :D
 
  1. Jawab pertanyaan berikut ini, “Apa tips kamu dalam menghadapi perbedaan pendapat di media sosial?”
  2. Tulis jawaban di kolom komentar dengan format berikut ini:
Nama:
Email:
Domisili:
Jawaban:

  1. Giveaway berlangsung dari tanggal 20-27 November 2017.
  2. Pemenang akan diumumkan maksimal 3 hari setelah berakhirnya giveaway ini, jadi tetap ikuti blog ini ya untuk mengetahui informasi terkini pemenangnya.
  3. Hadiah buku akan dikirimkan ke alamat pengiriman Indonesia.
Selamat mengikuti giveaway dan semoga kamu jadi salah satu yang beruntung!

giveaway Buku Anak “Menggapai Mentari”

Comments

  1. Nama: Eryvia Maronie
    Email: eryviamaronie@gmail.com
    Domisili: Makassar
    Jawaban: setiap orang bebas mengeluarkan pendapat di mana pun, namun jika tidak sesuai dengan pendapat kita maka sebaiknya didiamkan saja karena tidak ada guna berdebat untuk mempertahankan pendapat di sosial media, apalagi jika orang itu tidak kita kenal secara personal atau kita tidak tahu kredibilitasnya 😊

    ReplyDelete
  2. Nama khairiah
    Email : 18biancaputri@gmail.com
    Domisili : banda aceh
    Jawaban:untuk menghadapi perbedaan jangan menggunakan emosi tapi justru harus selalu dihadapi dengan kepala dingin sehingga semua perbedaaan bisa dirangkul menjadi kehidupan harmonis.
    Berbeda itu biasa itu bukti kalau keanekaragaman itu nyata jangan sampai terpecah belah karenanya justru harus mensyukuri bahwa perbedaan adalah rahmat dari Allah SWT

    ReplyDelete
    Replies
    1. terimakasih sudah ikutan giveawaynya, semoga beruntung

      Delete
  3. Nama: mutia
    Email: mutia86@gmail.com
    Domisili: jakarta selatan

    Jawaban: pengalaman, pengetahuan, kepercayaan, dan informasi yang didapat setiap orang bisa jadi berbeda. Setiap hal yang yg terjadi dalam Hidup menjadikan isi kepala dan pandangan setiap orang berbeda.

    Satu keluarga saja memiliki pandangan yang berbeda apalagi sosial media yang berisi orang dari latar belakang yang beda, pasti sudut pandangnya juga beda.

    Ibarat persoalan adalah melihat gajah,
    Yang didepan bilang gajah = hidungnya panjang,
    Yang dibelakang bilang gajah = ekornya pendek
    Yang disamping bilang gajah = kupingnya lebar
    Yang dibelakang kandang gajah = tembok besar.

    Persepsinya sesuai sudutnya memandang persoalan.
    Jadi buat apa bertengkar soal perbedaan pendapat? Justru semua pendapat dirangkum bisa jd membantu kita melihat gajah seutuhnya.. :)

    ReplyDelete
  4. Wah seru nih,

    Sebetulnya sedrhana saja sih, boleh dan sah-sah saja mengutarakan pendapat melalui sosial media dengan catatan harus dengan etika dan batasan tertentu, diantaranya tidak sampai melukai hati orang/kelompok tertentu dengan menghujat, menghina. Intinya "we have to agree to disagree" yaitu tidak memaksakan pendapat kita.

    saya ikut meramaikan saja ya mba :)

    Salam


    ReplyDelete

  5. Nama: artha

    Email: artha.amalia@gmail.com

    Domisili: sidoarjo

    Jawaban: bagi saya, perbedaan itu hal yang biasa. Kalau semuanya sama tentu akan membosankan. Apalagi bila perbedaan tersebut terjadi di media sosial, terutama tentang perbedaan pendapat. Beda kepala, beda isi otaknya, beda pemikirannya. Cara penyampaian juga berbeda. Dan namanya bahasa tulisan tentu tidak sama dengan bahasa lisan. Pembaca yang bisa menerjemahkan dan membahasakannya sesuka hati. Akibatnya banyak bahasa tulisan yang berujung salah kaprah, terutama dalam berpendapat. Saran saya...cobalah baca pendapat seseorang dengan gaya pembahasaan yang lembut dan tidak condong kenarah negatif. Tertawakan perbedaan pendapat yang ada, jangan sampai amarah menguasai diri. Diskusikan dan cari solusi bersama sebagai jalan tengah dari perbedaan pendapat tersebut. Kunci utamanya adalah saling menghargai. Jangan sampai rusak silaturahmi karena perbedaan persepsi.

    ReplyDelete
  6. nama : fisca Aniita email : Fiscaanita9@gmail.com domisili : Bekasi

    jawaban saya.perbedaan itu selalu ada tp itu semua pilihan bagaimana cara kita memilih dan menanggapi semuanya.memilih untuk menyikapi perbedaan dgn emosi atau memilih untuk lebih bijak sana menilai perbedaan itu.satu jalan yg harus berpedoman dengan agama.

    ReplyDelete
  7. Nama : Dinan Wiyantika
    Email : dinanwiyantika08@gmail.com
    Domisili : Sleman,DIY

    Jawaban : Setiap orang memiliki cara pandang masing-masing,untuk itu mereka pun memiliki pendapat yang berbeda juga. Apalagi saat ini di media sosial banyak bermunculan berita-berita yang tidak diketahui sumber kebenarannya, sehingga banyak netizen yang "terpancing" dan menimbulkan pendapat yang kurang baik serta pro kontra pun sering terjadi.
    Menurut saya,sebagai pengguna media sosial yang bertanggung jawab,sebaiknya kita harus menyaring setiap pendapat yang kita baca dari media sosial. Jangan terlalu mudah mempercayainya,karena kita tidak tahu mereka bisa berpendapat seperti itu berdasarkan berita yang benar atau salah. Dan kita juga tidak berhak membantah pendapat mereka,karena itu adalah hak mereka juga. Untuk itu sebaiknya kita yang harus pandai dalam memilah setiap berita maupun opini yang kita peroleh dari mana saja terutama media sosial yang sangat luas ini.

    ReplyDelete
  8. Nama : Intan Tri mufaqoti
    email : intanteem@gmail.com
    Domisili : Boyolali

    Jawaban : Menurut saya perbedaan pendapat adalah hal yang wajar terjadi. Maka tips dalam menghadapi perbedaan pendapat terutama di media sosial adalah bersikap bijak, tidak mudah menjudge, utamakan untuk tabbayun karena setiap perkataan baik secara lisan maupun tulisan dapat diartikan dengan cara yang berbeda2 tergantung sudut pandang masing2. bijak untuk menanggapi isu, jangan mudah untuk terpancing dan cari kebeneran isi sumber berita dari situs2 yang terpercaya yang dapat di pertanyakan tentang kebenarannya. dan bersikap Netral tidak memihak dan berusaha memahami kedua pendapat dengan sudut pandang yang positif. dan jika dirasa memang pendapat itu berlawanan dengan nilai, etika dan moral, maka sampaikan dengan cara yang berbudi, tidak mencaci, tidak menggurui dan tidak menyakiti. sekian semoga beruntung ❤ ❤ ❤

    ReplyDelete
  9. Nama : Desty
    Email : blog.desty@gmail.com
    Domisili : Indralaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan

    Jawaban :
    1. Usahakan baca setiap opini yang beredar dengan hati tenang dan pikiran jernih, ini sangat membantu saya untuk tidak terpancing emosi.
    2. Baca dengan cermat, dan perhatikan apakah opini tersebut masuk akal atau tidak, berdasarkan fakta atau hanya ocehan kosong.
    3. Selalu ingat bahwa kebenaran suatu opini itu relatif, jadi jangan pernah langsung menghakimi bahwa orang lain salah dan kita benar.
    4. Sadari bahwa setiap orang punya nilai, pandangan, pola pikir, dan alasan yang berbeda. Jika ada orang yang berbeda pendapatnya, daripada mencercanya lebih baik berpikir apa alasan orang tersebut berpendapat demikian.
    5. Jika ada yang kurang sopan menanggapi komentar kita, balas dengan santun. Tata bahasa yang baik cenderung melunakkan hati.
    6. Jika percakapan sudah menunjukan potensi debat kusir, tinggalkan. Tidak ada manfaatnya sama sekali.

    ReplyDelete
  10. Nama: Nur Ramadhani Anwar
    Email: dhanianwar.ramadhani2@gmail.com
    Domisili: Makassar
    Jawaban: Wah ini tema yang lagi pas banget di tengah-tengah banyaknya pengguna medsos sekarang dan banyaknya masalah yah mbak. Jadi prihatin. Saya sih tipenya silent rider, cari berita, nyimak dan cukup tahu. Tapi kalau tips saya adalah:
    1. Melihat bukan dari satu sudut saja, mencari tahu permasalahan dari berbagai sumber dan mengkaji kebenarannya
    2. Memposisikan diri sebagai korban (atau pusat dari bahan perbincangan)
    3. Jangan tersulut emosi melihat komentar-komentar orang
    4. Kalau tidak punya wewenang dalam memberikan komentar sebaiknya diam saja.
    5. kalaupun merasa ingin memberi masukan, berikan masukan yang bijak, yang tidak berpihak di satu sisi alias netral, dan masukan yang diberikan tidak bersifat ambigu atau jelas agar tidak menimbulkan perkara lain. Dan yang terpenting sopan.

    Yah sekarang ini, kita harus bijak bersosial media, mampu mengontrol diri, dan saling menghargai pendapat satu sama lain. Semoga kita semua bisa demikian yah.

    Terima kasih givewaynya mbak ^^

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Review Buku Iyan Bukan Anak Tengah

Giveaway Buku Republika

Review Buku "Perjuangan Si Sakit"