Berbagai Keajaiban Dalam Hidup
Judul: Berbagai Keajaiban Dalam Hidup
Penulis: Arul Chandrana
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Tahun: 2014
Halaman: 278
ISBN: 978-602-02-4443-3
Membaca judul buku Arul Chandrana ini, ingatan saya langsung terbang pada sebuah kisah dalam buku berjudul Life Lesson karya Jack Canfield, dkk. Dikisahkan, mendiang Doug Henning pernah mengadakan pertunjukkan sulap untuk warga eskimo. Setelah selesai, tak ada reaksi dari mereka. Seorang warga eskimo berkata bahwa seluruh dunia adalah sulap. Turunnya salju yang menakjubkan, kristal air, kemunculan walrus di musim semi, dan matahari yang menghangatkan tubuh. Semuanya adalah sulap sebenarnya. Doug pun menangis dan berterimakasih pada warga eskimo yang telah mengajarkannya sulap yang sebenarnya.
Dari kisah itu saya belajar bahwa dalam hidup ini banyak hal-hal ajaib jika saja kita menyadarinya. Keajaiban-keajaiban itu akan kita dapatkan juga di buku terbaru Arul Chandrana. Buku ini berisi 39 catatan penulisnya tentang peristiwa kehidupan, dunia pendidikan, catatan untuk kontemplasi, tempat berkesan dan catatan penyemangat.
Buku ini dibagi menjadi enam bagian. Bagian pertama dibuka dengan Quotes One, yang berisi kata-kata mutiara penyemangat agar kita tak berhenti berusaha. Bagian ini terdiri dari lima catatan, juga tentang semangat berusaha. Salah satunya catatan berjudul Hari Ketika Aku Memarahi Tuhan dan Dia 'Bicara' Padaku (halamn 3). Catatan itu bercerita tentang penulis yang merasa kecewa karena usahanya hari itu dalam mencari pekerjaan tak membuahkan hasil. Di tengah kekecewaannya, Tuhan mengingatkan dengan mengirimkan pengemis berkaki pincang, penjual gorengan yang buta, dan anak tuli yang sedang asyik menonton bola. Ini adalah peristiwa yang sering kita alami dalam hidup sehari-hari. Kita sering merasa kecewa pada berbagai hal. Tapi akhirnya bersyukur setelah melihat hal yang jauh lebih menderita dari kita. Itulah mengapa orangtua atau orang bijak selalu mengingatkan kita agar senantiasa 'melihat ke bawah', agar kita bersyukur.
Bagian kedua dibuka dengan Quotes Two, berisi kutipan-kutipan tentang perubahan dan pilihan dalam hidup. Simaklah sebuah kutipan yang memotivasi pembaca agar menjadi pelaku sejarah yang baik. "Setiap manusia adalah pelaku sejarah. Sedangkan sejarah hanya ada dua: dikenang atau dilupakan" (halaman 28) Ada satu catatan di bagian kedua ini yang mengingatkan saya dan mungkin pembaca yang lain tentang potret pendidikan kita. Catatan itu berjudul Minan (halaman 55). Minan adalah nama seorang anak yang dididik oleh penulis (Penulis adalah seorang pengajar). Minan berasal dari keluarga tidak berada, penampilannya selalu berantakan, tidak menonjol dalam akademik, dan bersuara cempreng. Dengan semua kualitas itu, ternyata Minan dapat bermain drama dengan lebih baik dibanding teman-temannya yang lain. Ajaibnya dunia ini. Kita tak bisa memandang rendah seseorang, karena kita belum melihat kelebihannya yang lain!
Bagian tiga dibuka dengan Quotes Three, berisi kutipan-kutipan tentang pentingnya menuntut ilmu. Sebuah catatan berjudul Si Bodoh Yang Mencabik Buku Pelajarannya, sangat motivatif (halaman 105). Catatan ini menceritakan seorang anak, dimana bapaknya bekerja sebagai kuli kasar di gudang bulog, dan ibunya di tempat penyelepan beras. Satu hal yang dipelajari dengan baik oleh si bapak adalah bahwa orang yang kerjanya ringan dan bergaji besar di lingkungan gudang adalah yang tamat SMA lalu kuliah. Maka dibuatlah kesepakatan dengn sang istri bahwa mereka akan mencurahkan tenaga untuk membiayai sekolah anaknya. Sang anak pun bekerja keras belajar seperti kedua orangtuanya. Sayang, sang anak tak juga bisa membanggakan kedua orangtua dengan prestasi akademik yang bagus. Saat disodori nilai ujian yang tak bisa dibilang bagus, orangtuanya tak pernah memarahi. Mereka mengelus anaknya dan menceritakan tentang betapa susahnya menjadi kuli.
Pada suatu hari, karena tak juga bisa memahami buku yang dibacanya, sang anak merobek-robek bukunya. Dibakarnya sobekan-sobekan itu hingga menjadi abu. Ia merasa bersalah pada kedua orangtuanya. Dia memutuskan untuk membayar kesalahannya dengan menyalin catatan temannya. Ajaib, ternyata dengan menyalin, pelajaran yang semula tak dimengerti menjadi jelas baginya. Ternyata dia tak bodoh, tapi gaya belajarnya yang tak sesuai. Lima belas tahun kemudian, anak yang merobek bukunya itu telah menjadi pria dewasa dan menjabat sebagai CEO di sebuah hotel internasional di Indonesia!
Bagian empat buku ini dibuka dengan Quotes Four, berisi kutipan tentang pentingnya memanfaatkan waktu. Demikian juga dengan 10 catatan di dalamnya, semuanya berhubungan dengan waktu. Ada catatan tentang metamorfosis jasad manusia menjadi wujud lain di alam raya ini, ada catatan tentang penulis yang mengumpamakan dirinya seperti Merghik (bahasa Bawean untuk suatu peristiwa dimana sebuah tunas muncul dari biji yang disemai), dan sebagainya.
Bagian lima dibuka dengan Quotes Five tentang keteguhan hati dan ketulusan jiwa. Ada catatan keresahan penulis tentang satpol PP yang menggerebek PKL, tentang orangtua yang bekerja keras sedangkan anaknya ditinggal bersama kakek nenek yang sudah renta, tentang pelaut gigih yang menyerah pada kemiskinan, dan catatan lainnya. Bagian terakhir, berisi quotes dan enam catatan tentang tempat-tempat istimewa dan keutamaan bepergian di bumi Tuhan.
Menurut penulisnya, buku ini adalah karya non fiksi yang menyertakan fiksi di dalamnya. Menurut saya, buku ini adalah buku motivasi yang disuguhkan secara berbeda. Kenapa berbeda? Karena terkadang permainan kata penulisnya bisa membuat saya serius dan mengerutkan kening, memahami kata per kata yang banyak makna. Lalu di saat lain saya tiba-tiba tertawa karena kata-kata yang konyol atau catatan yang lucu. Judul-judul catatannya kadang membuat penasaran. Contohnya, catatan dengan judul 'Cita-cita Aneh Seorang Perempuan Yang Kini Menjadi Cita-citaku Juga, Padahal Aku Bukan Perempuan'. Atau judul yang ini, 'Bayi Berusia 12 Tahun, 23 Tahun, 45 Tahun, 60 Tahun, dan 100 Tahun'. Membuat geli dan penasaran kan?
Saya setuju sekali dengan Santi Artanti, seorang pembaca catatan berjudul Pemandian Gojoh. Penulis membuat pembaca membuka mata tentang satu tempat bernama Bawean yang berkali-kali disinggung penulis dalam catatannya. Terang saja, di pulau ini penulis dibesarkan. Melalui catatannya tentang Bawean, pembaca bisa mengetahui kekayaan floranya seperti ghighirong, blorok, tengghojjngan, kayu pangopa, tampel keddong, alebbon, kasia, bodung, lampenne, kaju manes, dan masih banyak lainnya (halaman 252). Belum lagi faunanya seperti berbagai macam serangga, monyet, capung warna warni, kumbang berbagai tanduk, belalang berbagai rupa, dan sebagainya.
Sedikit sayangnya dari buku ini, covernya terlihat 'mendung'. Memang betul sekali sih, alam raya ini adalah keajaiban. Pelangi yang rupawan, awan kelabu, bunga yang cantik, semuanya benda ajaib ciptaan Tuhan. Tapi biasanya orang memandang keajaiban itu sesuatu yang berakhir menyenangkan. Awan kelabu pada cover itu rasanya...sedikit menegangkan. Ah, ini hanya pendapat pribadi saya saja. Mungkin, saya saja yang terlalu tegang karena awan kelabu mengingatkan saya pada hujan deras yang membuat rumah saya kebanjiran sebanyak 4 kali dalam setahun ini. Hehe.
Pada akhirnya, buku ini pantas 'dilahap' oleh anda yang ingin menemukan ajaibnya hidup ini. Anda akan bersyukur atas nikmat Tuhan yang mungkin selama ini anda abaikan. Lalu anda tergerak untuk memperbaiki dan mengoptimalkan diri anda dalam kehidupan yang sedang dijalani.
Penulis: Arul Chandrana
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Tahun: 2014
Halaman: 278
ISBN: 978-602-02-4443-3
Membaca judul buku Arul Chandrana ini, ingatan saya langsung terbang pada sebuah kisah dalam buku berjudul Life Lesson karya Jack Canfield, dkk. Dikisahkan, mendiang Doug Henning pernah mengadakan pertunjukkan sulap untuk warga eskimo. Setelah selesai, tak ada reaksi dari mereka. Seorang warga eskimo berkata bahwa seluruh dunia adalah sulap. Turunnya salju yang menakjubkan, kristal air, kemunculan walrus di musim semi, dan matahari yang menghangatkan tubuh. Semuanya adalah sulap sebenarnya. Doug pun menangis dan berterimakasih pada warga eskimo yang telah mengajarkannya sulap yang sebenarnya.
Dari kisah itu saya belajar bahwa dalam hidup ini banyak hal-hal ajaib jika saja kita menyadarinya. Keajaiban-keajaiban itu akan kita dapatkan juga di buku terbaru Arul Chandrana. Buku ini berisi 39 catatan penulisnya tentang peristiwa kehidupan, dunia pendidikan, catatan untuk kontemplasi, tempat berkesan dan catatan penyemangat.
Buku ini dibagi menjadi enam bagian. Bagian pertama dibuka dengan Quotes One, yang berisi kata-kata mutiara penyemangat agar kita tak berhenti berusaha. Bagian ini terdiri dari lima catatan, juga tentang semangat berusaha. Salah satunya catatan berjudul Hari Ketika Aku Memarahi Tuhan dan Dia 'Bicara' Padaku (halamn 3). Catatan itu bercerita tentang penulis yang merasa kecewa karena usahanya hari itu dalam mencari pekerjaan tak membuahkan hasil. Di tengah kekecewaannya, Tuhan mengingatkan dengan mengirimkan pengemis berkaki pincang, penjual gorengan yang buta, dan anak tuli yang sedang asyik menonton bola. Ini adalah peristiwa yang sering kita alami dalam hidup sehari-hari. Kita sering merasa kecewa pada berbagai hal. Tapi akhirnya bersyukur setelah melihat hal yang jauh lebih menderita dari kita. Itulah mengapa orangtua atau orang bijak selalu mengingatkan kita agar senantiasa 'melihat ke bawah', agar kita bersyukur.
Bagian kedua dibuka dengan Quotes Two, berisi kutipan-kutipan tentang perubahan dan pilihan dalam hidup. Simaklah sebuah kutipan yang memotivasi pembaca agar menjadi pelaku sejarah yang baik. "Setiap manusia adalah pelaku sejarah. Sedangkan sejarah hanya ada dua: dikenang atau dilupakan" (halaman 28) Ada satu catatan di bagian kedua ini yang mengingatkan saya dan mungkin pembaca yang lain tentang potret pendidikan kita. Catatan itu berjudul Minan (halaman 55). Minan adalah nama seorang anak yang dididik oleh penulis (Penulis adalah seorang pengajar). Minan berasal dari keluarga tidak berada, penampilannya selalu berantakan, tidak menonjol dalam akademik, dan bersuara cempreng. Dengan semua kualitas itu, ternyata Minan dapat bermain drama dengan lebih baik dibanding teman-temannya yang lain. Ajaibnya dunia ini. Kita tak bisa memandang rendah seseorang, karena kita belum melihat kelebihannya yang lain!
Bagian tiga dibuka dengan Quotes Three, berisi kutipan-kutipan tentang pentingnya menuntut ilmu. Sebuah catatan berjudul Si Bodoh Yang Mencabik Buku Pelajarannya, sangat motivatif (halaman 105). Catatan ini menceritakan seorang anak, dimana bapaknya bekerja sebagai kuli kasar di gudang bulog, dan ibunya di tempat penyelepan beras. Satu hal yang dipelajari dengan baik oleh si bapak adalah bahwa orang yang kerjanya ringan dan bergaji besar di lingkungan gudang adalah yang tamat SMA lalu kuliah. Maka dibuatlah kesepakatan dengn sang istri bahwa mereka akan mencurahkan tenaga untuk membiayai sekolah anaknya. Sang anak pun bekerja keras belajar seperti kedua orangtuanya. Sayang, sang anak tak juga bisa membanggakan kedua orangtua dengan prestasi akademik yang bagus. Saat disodori nilai ujian yang tak bisa dibilang bagus, orangtuanya tak pernah memarahi. Mereka mengelus anaknya dan menceritakan tentang betapa susahnya menjadi kuli.
Pada suatu hari, karena tak juga bisa memahami buku yang dibacanya, sang anak merobek-robek bukunya. Dibakarnya sobekan-sobekan itu hingga menjadi abu. Ia merasa bersalah pada kedua orangtuanya. Dia memutuskan untuk membayar kesalahannya dengan menyalin catatan temannya. Ajaib, ternyata dengan menyalin, pelajaran yang semula tak dimengerti menjadi jelas baginya. Ternyata dia tak bodoh, tapi gaya belajarnya yang tak sesuai. Lima belas tahun kemudian, anak yang merobek bukunya itu telah menjadi pria dewasa dan menjabat sebagai CEO di sebuah hotel internasional di Indonesia!
Bagian empat buku ini dibuka dengan Quotes Four, berisi kutipan tentang pentingnya memanfaatkan waktu. Demikian juga dengan 10 catatan di dalamnya, semuanya berhubungan dengan waktu. Ada catatan tentang metamorfosis jasad manusia menjadi wujud lain di alam raya ini, ada catatan tentang penulis yang mengumpamakan dirinya seperti Merghik (bahasa Bawean untuk suatu peristiwa dimana sebuah tunas muncul dari biji yang disemai), dan sebagainya.
Bagian lima dibuka dengan Quotes Five tentang keteguhan hati dan ketulusan jiwa. Ada catatan keresahan penulis tentang satpol PP yang menggerebek PKL, tentang orangtua yang bekerja keras sedangkan anaknya ditinggal bersama kakek nenek yang sudah renta, tentang pelaut gigih yang menyerah pada kemiskinan, dan catatan lainnya. Bagian terakhir, berisi quotes dan enam catatan tentang tempat-tempat istimewa dan keutamaan bepergian di bumi Tuhan.
Menurut penulisnya, buku ini adalah karya non fiksi yang menyertakan fiksi di dalamnya. Menurut saya, buku ini adalah buku motivasi yang disuguhkan secara berbeda. Kenapa berbeda? Karena terkadang permainan kata penulisnya bisa membuat saya serius dan mengerutkan kening, memahami kata per kata yang banyak makna. Lalu di saat lain saya tiba-tiba tertawa karena kata-kata yang konyol atau catatan yang lucu. Judul-judul catatannya kadang membuat penasaran. Contohnya, catatan dengan judul 'Cita-cita Aneh Seorang Perempuan Yang Kini Menjadi Cita-citaku Juga, Padahal Aku Bukan Perempuan'. Atau judul yang ini, 'Bayi Berusia 12 Tahun, 23 Tahun, 45 Tahun, 60 Tahun, dan 100 Tahun'. Membuat geli dan penasaran kan?
Saya setuju sekali dengan Santi Artanti, seorang pembaca catatan berjudul Pemandian Gojoh. Penulis membuat pembaca membuka mata tentang satu tempat bernama Bawean yang berkali-kali disinggung penulis dalam catatannya. Terang saja, di pulau ini penulis dibesarkan. Melalui catatannya tentang Bawean, pembaca bisa mengetahui kekayaan floranya seperti ghighirong, blorok, tengghojjngan, kayu pangopa, tampel keddong, alebbon, kasia, bodung, lampenne, kaju manes, dan masih banyak lainnya (halaman 252). Belum lagi faunanya seperti berbagai macam serangga, monyet, capung warna warni, kumbang berbagai tanduk, belalang berbagai rupa, dan sebagainya.
Sedikit sayangnya dari buku ini, covernya terlihat 'mendung'. Memang betul sekali sih, alam raya ini adalah keajaiban. Pelangi yang rupawan, awan kelabu, bunga yang cantik, semuanya benda ajaib ciptaan Tuhan. Tapi biasanya orang memandang keajaiban itu sesuatu yang berakhir menyenangkan. Awan kelabu pada cover itu rasanya...sedikit menegangkan. Ah, ini hanya pendapat pribadi saya saja. Mungkin, saya saja yang terlalu tegang karena awan kelabu mengingatkan saya pada hujan deras yang membuat rumah saya kebanjiran sebanyak 4 kali dalam setahun ini. Hehe.
Pada akhirnya, buku ini pantas 'dilahap' oleh anda yang ingin menemukan ajaibnya hidup ini. Anda akan bersyukur atas nikmat Tuhan yang mungkin selama ini anda abaikan. Lalu anda tergerak untuk memperbaiki dan mengoptimalkan diri anda dalam kehidupan yang sedang dijalani.
Top deh reviewnya. Suka baca reviewmu Kania
ReplyDeleteAduh..dikunjungi mba Ade..makasih banyak. Mudah2an sy ga takabur..
Deletesalam hangat dari kami ijin menyimak sahabat
ReplyDeletesilahkan...:)
Delete