Pengalaman Dua Mama Dalam Membesarkan Anak Sambil Bekerja
Cover buku Mommylicious |
(Resensi ini dimuat di Koran Singgalang Tanggal 21 Desember 2014)
Judul: Mommylicious, Catatan Dua Mama, Beda Cerita Kaya Rasa
Penulis: Murtiyarini & Rina Susanti
Penerbit: Bhuana Ilmu Populer
Tahun: 2014
Halaman: 173
ISBN: 978-602-249-680-9
Setiap wanita memiliki pengalaman yang berbeda ketika menjadi mama. Bagi mama Arin, menyusui merupakan momen indah yang melibatkan mama, papa, dan anak. Perjuangan mama Arin memberikan ASI eksklusif untuk anak keduanya, Asa, tidak mudah. Saat Asa didiagnosa mengalami gejala bayi kuning, Asa harus kembali ke ruang bayi dalam box berisi lampu biru. Mama Arin harus memerah Air Susu Ibu (ASI) sebanyak 100 ml setiap 2 jam untuk kebutuhan Asa. Dalam kondisi lelah dan stress, mama Arin hanya mendapat 40 ml ketika memerah ASI di rumah. Pada hari pertama mengantarkan ASI, mama Arin sampai 8 kali bolak balik dari rumah ke rumah sakit, sementara jahitan bekas melahirkan masih terasa sakit (halaman 22).
Lain halnya dengan mama Rina, minggu-minggu pertama kelahiran anak pertamanya, Azka, adalah saat terberat. Segala upaya untuk memperbanyak ASI sudah ia lakukan. Dari mulai banyak makan sayuran hijau, minum obat lancar ASI, dipijat paraji, dan sebagainya. Namun ASI masih juga sedikit. Nasihat dokter, suster, teman, dan keluarga agar mama Rina tenang dan rileks supaya ASI keluar malah membuatnya tambah tertekan. Pengalaman gagal ASI eksklusif untuk Azka tidak menyurutkan niat mama Rina untuk memberikan ASI eksklusif untuk anak kedua, Khalif. Setelah berminggu-minggu berjuang memberikan ASI untuk Khalif, akhirnya pada minggu ketujuh ASI mama Rina mencukupi untuk Khalif. Khalif bebas susu formula tambahan (halaman 20).
Baby blues umum dialami oleh mama yang baru melahirkan. Mama Arin pun mengalaminya. Mama Arin panik saat bayi pertamanya, Cinta, sering menangis dengan alasan yang tidak diketahui. Tekanan sebagai mama baru diperparah dengan nasihat-nasihat dari para tamu tentang mengurus bayi, serta perbedaan pendapat dengan ibu mertua. Mama Arin banyak menerima wanti-wanti dari ibu mertua, seperti kalau anak menangis jangan dibiarkan terlalu lama, kalau maghrib bayi jangan ditinggal sendirian, bayi dan mama dilarang keluar teras selama masa nifas 40 hari, dan sebagainya. Walau perbedaan sering terjadi, baik mama Arin maupun ibu mertua menyadari bahwa mereka memiliki kepentingan yang sama yaitu bayi Cinta (halaman 45).
Sama seperti mama Arin, mama Rina pun dibantu ibunya dalam mengurus bayi pertama. Sebagai mama baru, mama Rina banyak khawatir tentang asisten rumah tangga atau baby sitter, terlebih mama Rina adalah penghuni pertama di sebuah cluster tanpa tetangga. Jadilah Azka tinggal bersama neneknya di Bandung. Bukan hal yang mudah bagi mama Rina ketika hanya dua minggu sekali bertemu Azka (halaman 47).
Proses tumbuh kembang anak dilalui dua mama tersebut dengan banyaknya kejadian yang mengejutkan. Mama Arin begitu gemas saat Asa seringkali menjerit saat mama Arin tinggal sebentar ke dapur atau ke kamar mandi. Saat sedang terburu-buru, terpaksa mama Arin menggendong Asa kesana-kemari. Mama Arin memasak sambil menggendong Asa, bahkan terkadang kaki pun berakrobat mengambil sesuatu di lantai. Kalau mama Arin harus membungkuk sambil menggendong Asa, dikhawatirkan tulang akan berpindah posiisi (halaman 94). Sementara itu, mama Rina panik dan bingung saat mendapati mulut Azka berdarah. Rupanya setelah meminum susunya, Azka kembali bermain. Sementara mama Rina tertidur saat Azka meminum susunya. Mama Rina segera membawa Azka ke dokter. Gigi Azka pun dicabut. Mama Rina yang dilanda rasa bersalah hanya bisa menangis dan meminta maaf pada Azka (halaman 97).
Sebagai mama bekerja, baik mama Arin maupun mama Rina harus benar-benar bisa membagi waktu untuk keluarga dan pekerjaan. Mama Arin sering terlambat masuk ke kantor karena harus mengurus anaknya dan menitipkannya ke daycare. Mama Arin juga harus meninggalkan kantor saat anak sakit. Untungnya, di jaman serba digital begini, sebagian pekerjaan kantor bisa dilakukan dari rumah. Mama Arin sudah menentukan pilihan untuk tetap bekerja (halaman 147). Bagi mama Rina, bekerja memungkinnya memiliki penghasilan tetap sehingga memungkinkannya memberikan bantuan finansial bagi orangtua dan kerabat yang membutuhkan. Namun seringkali mama Rina merasa berat jika harus kerja lembur, terlebih setelah memiliki dua anak. Akhirnya mama Rina memutuskan keluar dari pekerjaan dan menjadi ibu rumah tangga penuh waktu (halaman 160).
Buku ini memuat pengalaman dua mama bekerja dalam membesarkan anak-anaknya. Pembaca akan ikut merasakan pengalaman mama Arin dan mama Rina yang haru, sedih, bahagia, lucu, bahkan mengejutkan.
Diresensi oleh Kanianingsih, lulusan Administrasi Niaga Universitas Padjadjaran Bandung.
Gambar dipinjam dari dokumen pribadi Novia Erwida |
Momennya pas, hari ini
ReplyDeleteSelamat hari ibu ya mbak :)
iya alhamdulillah...makasih mba, selamat hari ibu juga... :)
Deletenyimak resensinya mbak :)
ReplyDeleteselamat Mommy Day
silahkan..:)
Deleteibu bekerja ataupun tidak, tetep punya tanggungjawab yang sama dalam hal mengurus rumah tangga ya mbak :)
ReplyDeleteIya setuju mba...
DeleteTerimakasih mba Kania. Jadi merambah media luar jawa
ReplyDeleteIya..sama2 mba Arin..:)
DeleteBaca yg terakhir, ternyata kita satu fakultas yaa ^_^
ReplyDeleteiya mak? tapi saya ekstensi, lanjtin dr diploma :)
Deletewah ternyata perjuangan menjadi ibu sungguh tdk mudah ya mak.. mak Kania suka bikin resensi ya
ReplyDeleteiya mak, hobi aja :)
Deletembak kania kalo boleh tahu koram singgalang tuh resensinya tiap hari apa yaa?
ReplyDeletesaya ga tau mba, waktu resensi saya terbit juga dikasih tau temen blogger
Deletebagus bagt reviewnya mbak, mga makin sukses yaa
ReplyDeletekelapa sawit
amiin
Delete