Everything Is Allright, Sekuntum Mawar Untuk Negeri

Judul: Everything Is Allright, Sekuntum Mawar Untuk Negeri
Penulis: Sri Damayanty Manullang
Penerbit: Stiletto Book
Tebal: 388 halaman
ISBN: 978-602-7572-17-1

Saya suka membaca karya fiksi yang memberikan pencerahan atau hikmah setelah membacanya. Namun, membaca non fiksi yang memberi satu pelajaran hidup berbeda rasanya karena dialami langsung oleh pelakunya. Saya akan lebih memahami bahwa kenyataan yang terjadi pada tokoh bisa terjadi pada siapapun termasuk saya, dan saya akan berusaha mengambil hikmah dan pengetahuan sebanyaknya.

Seperti buku ini, yang berjudul “Everything Is Allright, Sekuntum Mawar Untuk Negeri” karya Sri Damayanty Manullang. Buku ini merupakan pengalaman pribadi penulisnya mulai dari masa kecil, perjalanannya meraih gelar Doktor besar dan karir politik, perjalanan cintanya, dan sharingnya tentang bidang ilmu yang digelutinya. Selain itu, menurut penulis, menulis berbagai pengalaman kesuksesan maupun kegagalannya adalah terapi jiwa bagi kondisi hatinya. Saat  menulis buku ini, penulis tengah mengalami kekacauan disebabkan kalahnya dalam pemilihan legislative sekaligus gagalnya pernikahan.

Buku ini terdiri dari 15 bab, mulai dari kisah masa kecil sampai penulis meraih gelar Doktor Besar. Namun saya akan membagi buku ini menjadi tiga bagian kehidupan yang sekiranya mewakili 15 bab tersebut.


Masa Kecil dan Remaja

Masa kecil Sri Manulang yang menyenangkan dihabiskan di daerah Toba-Samosir. Ia sangat dekat dengan alam. Hal ini dtiunjukkannya dengan kesukaannya memanjat pohon, mandi di sungai, mencari dedaunan di hutan, membantu ibunya berkebun, dan lain-lain. 

Banyak pengalaman masa kecil yang diceritakan Sri manullang dengan detail. Diantaranya adalah pengalamannya saat jatuh dari sebuah pohon besar dan masuk ke kolam ikan yang penuh dengan bambu dan duri. Sri juga hampir saja tenggelam di Sungai Asahan karena mencoba berenang sendiri menggunakan kain sarung sebagai pelampung. Namun ternyata kain tak cukup kuat menahan gelombang air sungai yang deras. Sri juga pernah meloncat ke punggung kerbau sehingga menyebabkan kerbau kaget dan lari, lalu menjatuhkan Sri ke kotoran kerbau yang masih setengah basah. 

Di samping tingkahnya yang membuat orang-orang di sekelilingnya khawatir, Sri Manullang kecil juga ternyata pintar berdagang. Saat sekolah SD memulai sekolah di tahun ajaran baru, sekolah SMP yang tka jauh dari SD masih libur. Pedagang pun masih belum berjualan. Saat itulah Sri memanfaatkan tak adanya penjual makanan dengan berjualan onde-onde buatan sendiri. Jualannya pun laris manis karena anak-anak SD selalu mencari makanan saat waktu istirahat.

Setelah lulus SMA, Sri Manullang diterima di sebuah univeristas negeri di Medan dengan Jurusan Sastra Perancis. Pada semester pertama, nilainya tidak memuaskan sehingga menyebabkan sang ibu marah. Memang Sri banyak bertualang bersama teman-temannya ketimbang belajar. Mereka banyak mengunjungi rumah teman di akhir pekan. Bahkan, seringkali Sri menggenjot becak milik seorang teman lalu keliling kota bersama teman-temannya. Bagi Sri, menggenjot becak itu seperti naik pohon yang ada di kampung halaman.

Untuk meredakan kemarahan sang ibu, Sri manullang terus bernyanyi lagu berbahasa Perancis di rumah sehingga lama-lama sang ibu tersenyum mendengar Sri bernyanyi terus. Sri juga mengikuti kejuaraan menyanyi kelompok lagu berbahasa Perancis di UGM Yogyakarta bersama teman-teman kampusnya. Mereka berhasil mendapat Juara 3 dan merupakan peserta terjauh. Sri juga berusaha untuk belajar sungguh-sungguh dimanapun karena tidak mau mengecewakan sang ibu.

sri damayanty manullang


Karir dan Cinta

Sebelum mendapat gelar doctor, Sri Manullang sudah terlibat dengan kegiatan politik dan maju sebagai calon legislative pusat dari sebuah partai politik. Daerah pemilihannya adalah Sumatera Utara karena merupakan daerah yang dekat dengan kehidupannya.

Ketika masa kampanye, sudah banyak tenaga dan uang yang terkuras. Sri sempat berpikiran untuk mundur dan bertanya-tanya pada dirinya. Sebenarnya untuk apa ia bersusah-susah datang ke daerah, mengangkat barang-barang keperluan kampanye, mengumpulkan orang-orang, dan sebagainya.

“Dalam perjalanan ini, aku baru sadar bahwa aku seorang perempuan. Dunia politik ini bukanlah dunia perempuan. Aku mengangkat barang dari gudang di Tanjung Priok, mengontrol kargo, dan mengumpulkannya dengan barang lainnya.” (halaman 199)
Begitu kata-kata yang ditulis Sri Manullang untuk menggambarkan bahwa kegiatan politik ini begitu berat, terutama untuk perempuan. Berbagai kejadian tak menyenangkan lainnya selama kampanye pernah Sri alami. Salah satunya adalah saat ia ditunjuk sebagai juru kampanye nasional. Sri begitu percaya diri saat naik ke panggung untuk berkampanye di depan ribuan orang, namun panitia melarangnya naik karena ternyata namanya tidak tercantum sebagai jurkamnas. Seseorang yang tidak bertanggung jawab mengganti posisinya sebagai jurkamnas dengan orang lain!

Dalam kelelahannya selama masa kampanye, Sri mencoba menghubungi Steve, kekasihnya di Perancis. Namun panggilannya selalu ditolak. Menurut Steve, pilihan Sri untuk mencalonkan diri jadi anggota legislative merupakan sikapnya untuk menolaknya. Ya, memang sebelum Sri pulang ke Indonesia, Steve sudah merencanakan pernikahan untuk mereka berdua. Namun Sri merasa harus menuntaskan apa yang sudah dijalaninya, dan ia tak bermaksud meninggalkan Steve. Mengingat itu, Sri menangis, merenungi keadaan.

Ujian Sri Manullang belum berakhir. Ia gagal menjadi anggota DPR disebabkan berbagai kecurangan yang terjadi di arena pemilihan suara. Sri dan beberapa rekan senasib bersatu melaporkan kecurangan yang ada dan melakukan berbagai terapi untuk mengatasi rasa sakit akibat kekalahan dalam pemilu. Bagi Sri, rasa sakitnya bukan saja karena gagal menjadi anggota legislative namun juga gagal menikah dengan kekasihnya.

“Sakitnya memang bisa bertahun-tahun, apalagi seperti kalian yang bertujuan untuk memengaruhi keputusan kea rah yang baik. Saya yakin seandainya kalian menang, pasti kalian akan bertanggungjawab dengan apa yang dipercayakan rakyat pada kalian. Tapi masih banyak cara untuk melakukan kebaikan dalam kehidupan” (halaman 245). Begitulah nasihat bijak yang diterima Sri dan teman-teman senasib.

Competitive Intelligence

Setelah kekalahan dalam pemilihan anggota legislatif, Sri Manullang tetap hadir dalam kegiatan politik dimana ada teman-teman senasib yang memilih untuk tidak hadir. 

“Dalam masa sulit yang kuhadapi, gelar HDR adalah satu-satunya tempat menuangkan pemikiran. Adalah suatu kebanggaan, setelah kegagalan bisa mewujudkan cita-cita atas semua yang telah kukerjakan selama ini” (halaman 337).
Beliau kembali ke Paris untuk meneruskan studi dan meraih gelar doctor kedua yaitu HDR (Habilitation & Diriger des Rechereches). Gelar doktor kedua tersebut didapatkan Sri Manullang melalui kerja keras. Setelah gelar doctor pertama, beliau terlibat langsung dalam pengalaman mentransfer ilmu seperti mengajar, menulis artikel di jurnal internasional, mengikuti seminar/workshop/symposium di Indonesia dan berbagai Negara, menjadi pelaksana seminar internasional, mengadakan kunjungan ke berbagai industry, membantu mahasiswa program doctor berpartisipasi di dunia politik, melakukan kunjungan ke berbagai instansi pemerintah pusat/daerah guna membagi ilmu Competitive Intelligence (CI) yang digelutinya, dan sebagainya. Semua kegiatan tersebut merupakan aksi unik sebagai syarat penting mengajukan tesisi doktor kedua.

Gelar HDR akan berguna jika ilmu yang didapat bisa dtransfer untuk pembangunan ekonomi Indonesia yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dengan gelar ini, Sri Manullang mendapat tugas setiap tahunnya untuk membimbing 6 mahasiswa program S3. Kesempatan itu juga berguna mempermudah mahasiswa Indonesia yang berminat melanjutkan S3 dalam bidang Competitive Intelligence di Perancis.

Ilmu Competitive Intelligence sendiri mengajarkan bagaimana menciptakan tenaga kerja secara bergotong royong, saling mengenal orang-orang yang mau dan mampu berkonstribusi untuk negara, dan aspek lainnya yang mencakup pembanguna bangsa. Bidang ilmu ini memang belum dikenal secara umum. Negara Perancis sendiri menjadikan program competitive Intelligence sebagai kebijakan nasional untuk menghadapi globalisasi yang dampaknya sangat berpengaruh pada industry dan perusahaan-perusahaan. Prinsip ilmu ini sudah dipraktekkan oleh Inggris, Jepang, Korea selatan dan lainnya. 

Di Indonesia, Menteri Pendidiikan dan Kebudayaan Nasional (pada saat itu dijabat Muhammad Nuh) akan menetapkan program ini menjadi program nasionalSelanjutnya jika program sudah berjalan, metode, konsep dan tools-nya akan berkembang sesuai dengan kondisi dimana ilmu ini diaplikasikan.
“Saya bangga dengan prestasi internasionalnya Mbak Damayanty, dan sangat senang dengan ilmu competitive Intelligence ini (halaman 370)” Begitu sambutan Bapak M. Nuh pada Januari 2013.

Buku ini berhasil saya tuntaskan dalam waktu sehari saja diselingi kegiatan mengurus keluarga. Dari awal hingga akhir saya tak mau berhenti membaca kelanjutan setiap kisah Sri Manullang. Ada beberapa point penting yang saya ambil sebagai pelajaran hidup:

  1. Masa kecil menentukan kehidupan kita kelak. Masa kecil Sri Smayanty manullang yang disiplin dan penuh pengalaman baik menyenangkan atau tidak, menjadi bekal hidupnya kelak.
  2. Ambil kesempatan baik yang datang. Ibunda Sri Manullang pernah mengingatkan untuk kembali pada Steve dan menikah, dibanding bercape-cape terjun ke dunia politik. Bagi setiap ibu, kesempatan baik untuk anak perempuan yang ia cintai tentu saja menikah dengan pria yang mencintainya. Namun, bagi Sri, ia tak bisa mundur pada apa yang sudah jadi cita-citanya.
  3. Kegagalan adalah awal kesuksesan yang lain. Sri Manullang mungkin gagal menjadi anggota legislative namun ia berhasil memperkenalkan bidang ilmu baru untuk masyarakat Indonesia.
Oh ya, buku ini dilengkapi dengan beberapa gambar yang mendukung isi cerita. Sayangnya, gambar berukuran mungil dan hitam putih. Alangkah menariknya jika gambar pendukung cerita disajikan berwarna sehingga pengalaman membaca kisah Sri Damayanty Manullang semakin hidup. Untuk anda yang ingin kembali semangat, buku ini patut dibaca. Ssst, beliau juga menemukan cinta barunya di Paris!

Comments

  1. Kalau membaca buku-buku inspiratif kisah perjalanan orang-orang sukses, sering bikin ketularan semangat ya Mba.

    ReplyDelete
  2. wah ilmu baru..competitive intelligent
    makasih Kak

    ReplyDelete
  3. Aku juga suka baca buku non fiksi. Dari situ aku bisa berandai-andai.
    Tokohnya keren, perjuangannya penuh dengan lika-liku. Bisa sampai di negeri seberang lautan.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Review Buku Komik Fiqih Untuk Muslim Cilik

[Blogtour dan Giveaway] Departemen Hati

Aplikasi Pencari Rezeki